Yang pertama dialami, selalu memberi kesan berbeda. Hari ini, hari pertama di lebaran tahun ini, saya tidak menjalaninya di kota saya, Wonosobo.
Seperti banyak hal yang sudah biasa terjadi, kemudian terjadi dengan skema yang berbeda, tentu ada perasaan kehilangan. Suasananya berbeda, aromanya berbeda, riuh rendahnya berbeda. Obrolan-obrolan nya berbeda. Senyum dan canda tawanya pun berbeda.
Yang bisa saya lakukan hanya mengingat-ingat. Maka saya jadi ingat suara toples kaca yang dibuka, suara putaran tutup plastik toples berwarna merah, salam dari orang-orang yang bertamu atau sambutan tuan rumah saat kita bertamu. Bahkan tekstur karpet beludru atau kursi duduk dalam cengkerama demi cengkerama.
Tadi, ketika di masjid, ketika kesadaran muncul, saya hampir menangis mengingat saya berada di situasi yang tak sama. Saya tahan-tahankan, hingga hanya sampai mata yang berkaca-kaca. Hari ini tidak ada salam-salaman keliling di dalam ruang masjid, menautkan telapak tangan satu sama lain sambil melihat sebagian orang tumpah air matanya. Tidak ada, tahun ini tidak ada.
Ingatan tentang saya bersama keluarga dan kawan dekat tak hendak saya ceritakan disini. Perasaannya terlalu personal, terlalu dalam. Saya khawatir bendungan air matanya jebol. Kalau sudah jebol, butuh upaya lebih untuk membuatnya kering kembali.
Tapi memang selalu ada hal pertama, sebelum kedua, ketiga, dan seterusnya. Toh, saya juga hanya satu bagian dari sejumlah besar orang yang merasakan hal yang sama. Masih mending hanya terpisah jarak dan ruang. Sebab sebagian lagi tidak bertemu karena terpisah jiwa dan raga, selama-lamanya.
Buat siapapun yang membaca ataupun tidak,
Minal Aidin wal fa idzin
Mohon maaf atas segala salah dan khilaf saya
Selamat ber-Lebaran semuanya...
Subang, 13 Mei 2021 09.44
1 Komentar
Sugeng Riyadi, maaf lahir batin yaa
BalasHapus