Mereduksi Media Sosial - Minggu Kedua

      Sudah mendekati dua minggu, tepatnya seminggu lebih lima hari saya mereduksi penggunaan media sosial. Selama itu, saya akan menceritakan beberapa perubahan kecil yang terjadi. Catatan ini menjadi jurnal bagi saya, bagaimana perubahan-perubahan yang saya upayakan bekerja dengan caranya.

Sebelum memulai perubahan ini, malam hari sebelumnya saya copot pemasangan Instagram dari ponsel saya. Aplikasi Facebook tidak saya copot, sebab saya masih membutuhkannya sesekali untuk pekerjaan saya. Saya mengakalinya, logout dari akun pribadi saya dan membuat akun lain yang bahkan sampai saat ini tidak mengirim pertemanan dengan siapapun. Meski begitu, saya sesekali masih membuka akun facebook saya, tapi hanya lewat laptop. Lagi-lagi hanya untuk alasan pekerjaan. Saya menggunakan fitur sembunyikan status untuk semua status Whatsapp yang datang dari kontak yang terhubung dengan ponsel saya. Bahkan, saya menghapus foto profil dari Whatsapp yang saya miliki untuk melihat sejauh mana efek perubahan yang mungkin terjadi. Bersyukurnya, saya tidak memiliki akun Twitter, Tiktok, dan lainnya. Media sosial yang masih saya gunakan sampai saat ini adalah Quora (Question or Answer) {Edit: setelah menjelajah Quora, saya menemukan fakta baru bahwa Quora bukan berarti 'Question or Answer' tapi berasal dari kata 'Quorum' yang artinya 'pertemuan umum'}, sebab saya menganggap media sosial ini lebih sehat dan banyak pengetahuan yang saya dapatkan dari sana. Selain itu, sifatnya yang tidak toksik bagi saya, karena banyak pertanyaan menarik dan jawaban yang juga tak kalah menarik di sana, sesuai nama platformnya.

Seminggu awal, untuk Instagram dan Facebook sudah oke, tapi untuk status Whatsapp saya sesekali mencuri-curi pandang deretan status yang disembunyikan tersebut. Whatsapp terlalu dekat dengan saya, karena banyak komunikasi datang dari sana. Meski begitu, saya menahan diri untuk tidak membuka dan melihat status dari orang-orang. Hari-hari awal rasanya membuat tangan terasa gatal. Sebab, merubah kebiasaan, bagaimanapun caranya, tidaklah mudah pada awalnya. Masa transisi memang selalu memberi kejutan-kejutan kecil di dalamnya.

_______________

Rabu, 17 November saya melakukan wawancara via platform Anchor.fm berkolaborasi dengan Mas Taryo untuk membuat podcast. Topik yang kita bahas adalah tentang Budaya Ekonomi Desa, suatu konsep pengaturan keuangan yang dijalankan oleh masyarakat desa, utamanya desa tempat Mas Taryo tinggal. Saya sempatkan melakukan audio editing di sela-sela waktu luang yang saya miliki. Kemudian pada hari Jum’at, 26 November menjadi hari perilisan setelah beberapa hari editing dan akhirnya selesai. Podcast dapat didengarkan di platform Spotify.

in Collaboration with... #4 Tariyo : "Budaya Ekonomi Desa"

_______________

Kamis, 25 November saya bersama Ade Sarim (Dede) pergi ke Tegal menggunakan pick up untuk alasan pekerjaan. Berangkat dari Subang jam 9 pagi melewati Tol Cipali dan Pejagan. Jalan tol yang saya rasa kurang memuaskan untuk dilewati. Terlalu banyak tambalan jalan yang menonjol dan banyak lubang di beberapa titik tol Pejagan. Ketika berada di tol, saya mendapati sebagian sawah-sawah di pinggiran tol telah panen, dan sebagian lagi telah memasuki awal musim tanam. Perjalanan cukup lama hingga kami sampai lokasi tujuan. Setelah keluar dari tol dan masuk Kota Tegal, ada beberapa penutupan jalan karena perbaikan jembatan. Oleh karena itu, kami harus mencari jalan lain dan melewati jalan-jalan kecil di sepanjang jalan menuju lokasi. Baru pada jam setengah tiga kami sampai tujuan, dan setelah menyelesaikan urusan kami, pulang pada pukul setengah empat. Kami agak disulitkan oleh AC mobil yang mati. Sementara dalam perjalanan pulang malam hari, hujan sangat deras, kaca bagian dalam mulai mengembun. Hari itu kami sampai Subang kembali pukul 9 malam. Dan, selamat malam…



  

_______________

      Senin, 29 November saya bersama Bagus (Mlehoy) pergi ke Sentul, Bogor menggunakan pick up untuk alasan pekerjaan. Bangun pukul tiga dan berangkat dari Subang jam setengah lima pagi melewati tol Cikampek, Cikunir, Jalan Layang Syeikh Mohamed bin Zayed, dan tol Sentul. Sebelum masuk ke jalan layang, kami harus berhenti di bahu jalan karena atasan mobil yang dibuat segitiga menyentuh batas ketinggian jalan. Kami berhenti dan mencopot rangka segitiga agar dapat melaju dengan aman tanpa khawatir dengan tinggi pick up kami. Sesampainya di Bogor, kami mampir masuk ke kampus IPB University. Sarapan dan berkeliling ke kandang fakultas peternakan. Nostalgia sekalian saya belajar menyetir mobil karena jalanan di dalam kampus cukup sepi. Setelah berkeliling, pukul 10 kami berangkat menuju lokasi tujuan dan sampai pukul satu siang. Setelah menyelesaikan urusan, jam dua siang kami melakukan perjalanan pulang. Sempat salah memilih jalan dan putar balik beberapa kali. AC mobil yang masih rusak membuat suasana jalan yang memang panas, semakin panas. Jam enam malam, kami sampai di Subang.


  
_______________

     Sudah masuk minggu kedua membatasi media sosial, meskipun saya tidak bisa melakukan lompatan ekstrim, tapi setidaknya lompatan-lompatan kecil yang positif dapat saya lakukan. Saya membaca hal-hal positif lebih banyak dari sebelumnya, meskipun belum bisa membaca buku lebih intens dari yang sudah-sudah. Meskipun tak dipungkiri bahwa ketergantungan saya masih ada, tapi kuantitasnya berkurang dan secara kualitas, lebih baik. Saya hanya harus meningkatkanya pelan-pelan, sedikit demi sedikit, meng-istikomah-kan segala kebiasaan baik yang sudah terbentuk. Sembari menambah kebiasaan-kebiasaan baik lainnya. Nampaknya, di minggu ketiga nanti, saya sebaiknya meningkatkan capaian ke arah yang lebih baik lagi. Tentu saja.

Disclaimer : Media sosial bukanlah hal negatif di tangan yang tepat. Ini adalah situasi yang disesuaikan dengan kondisi saya pribadi. Setiap orang hanya perlu menjalani apa yang dia yakini benar sembari mengevaluasi apa yang telah dilakukannya selama ini.

 

Terima kasih.

Subang, 03 Desember 2021   10:52



Posting Komentar

0 Komentar