Kita mengalami krisis yang
tak terlalu disadari hari ini. Penyebabya, banjir informasi dimana-mana. Kita pun
mengalami semacam obesitas pengetahuan. Bahkan pada hal-hal yang tak seharusnya
kita tahu, kita tahu. Algoritma dunia maya mengarahkan kita menjadi orang yang
sok tahu. Ia mengarahkan kita untuk tahu tentang satu hal terus menerus, hingga
kita seolah-olah menjadi yang paling tahu. Padahal, hal-hal lainnya
disembunyikan dari kita yang tidak menginginkannya. Dunia pengetahuan menjadi
sangat sempit, tapi merekayasa diri kita bahwa seolah-olah kita tahu banyak hal
dalam lingkup yang luas. Pada hal ini, mental kita telah berusaha dikendalikan
sedemikian rupa.
Krisis yang menimpa kita adalah hal baru diluar zamannya. Krisis ketidaktahuan, selanjutnya mengarah kepada krisis penasaran, lalu berujung pada hal yang sangat penting, krisis kerinduan. Setelahnya, kita menjadi sangat kaku, respek menurun, dan banyak hal yang sebelumnya menarik menjadi biasa saja.
"Terkadang, ketidaktahuan menjadi sangat penting dalam membawa kita pada rahasia-rahasia kecil yang indah dan menawan."
Sekarang, setiap orang bisa
membagikan banyak hal. Hal-hal yang terjadi di dunia nyata ditransformasikan ke
dunia maya. Orang-orang menjadi semakin terbuka, sekat-sekat rahasia menurun
kadarnya, merosot begitu drastis. Tak dipungkiri, beberapa bernilai positif,
tapi lihatlah berapa yang kemudian menjadi negatif. Hubungan antar-manusia
luruh keintimannya, menjadi racun bagi yang lain. Manusia-manusia kaku muncul,
mempengaruhi arah dan sudut pandang untuk menganggap semuanya menjadi biasa saja. Rasa penasaran
semakin meredup dikarenakan tirai-tirai terbuka semakin lebar, bahkan pada hal
yang sangat intim sekalipun. Keadaan demikian mempengaruhi hal-hal lain yang
terlampaui penting, salah satunya “Rindu”. Semakin kesini, Rindu menjadi sangat tabu karena
bius-bius asupan pengetahuan yang
tidak diperlukan memberi dosis terlalu tinggi dan membuat orang-orang semakin
mati rasa.
Pertanyaannya, apakah mendambakan ”kerinduan” di zaman sekarang sudah tidak lumrah lagi?
“Rindu”,
siksaan yang
baik sebenarnya.
Karena hal-hal demikianlah,
secara pribadi, saya merasa semakin jauh dari “Meaningful Life”.
Keinginan untuk mencari dan menemukannya kembali datang. Oleh karena itu,
dengan mengurangi interaksi terhadap dunia maya, khususnya media sosial, saya
berharap dapat menemukan kembali Meaningful
life saya di dunia nyata ini. Seperti dahulu, kenikmatan-kenikmatan yang
benar-benar nyata. Hal-hal emosional yang tidak dibuat-buat. Berkurangnya
keresahan-keresahan atas hal-hal yang sebenarnya sepele, namun menjadi besar
karena dibuat-buat.
Saya pernah mendapati tulisan, yang
intinya bahwa sebenarnya kita telah terjebak oleh kumpulan hal yang kita anggap
“Wah”, tertakhtai, berada di puncak,
padahal sebenarnya kosong, memenjara kita yang secara sukarela menerimanya.
Seandainya kita hidup hingga
usia 70 tahun, sekitar 30% atau 20 tahun lebih kita habiskan untuk tidur.
Sisanya kita gunakan untuk kegiatan lain yang sebagian bermakna, sebagian
tidak. Tergantung kadar masing-masing orang. Jika kemudian kita menghabiskan 4
jam sehari untuk mengurusi kehidupan orang lain di dunia maya, hanya tersisa
separuh dari persentase total usia kita yang berpotensi untuk kita gunakan beraktivitas
sebaik-baiknya. Itupun seandainya yang separuh tersebut benar-benar kita
manfaatkan sebaik-baiknya. Kalau tidak? Apakah lantas kita mau dianggap sebagai
orang yang menyia-nyiakan hidup? Orang yang semasa hidup lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya?
“Demi masa, sesungguhnya manusia
benar-benar dalam kerugian.”
____________________________________________________
Nb : Mulai pekan depan, secara
pribadi saya akan mencoba membatasi diri saya berinteraksi dengan dunia maya. Berupaya untuk tidak terlibat aktif dalam beberapa media sosial. Saya tidak memaksakan diri,
tapi berusaha sekuat yang saya bisa. Berdamai dengan diri
sendiri terlebih dahulu.
Saya ingin lebih dekat dengan
buku-buku yang belum saya baca, menulis kembali di buku agenda saya, berinteraksi
dengan lebih baik pada kitab suci, menjalani kehidupan sosial dengan lebih
baik, merasakan kembali euforia yang pernah ada dan sempat hilang. Saya juga
ingin kembali mengunjungi tempat-tempat eksotis dan estetis tanpa mengabaikan makna dan
suasananya. Selain itu, saya tetap akan mengunjungi blog tercinta saya ini
untuk membagi tulisan-tulisan dan cerita-cerita saya.
Ujungnya, saya ingin menemukan
kembali apa yang saya yakini sebagai…




0 Komentar