Akhir-akhir ini saya membaca lebih banyak artikel dan rutin membaca buku. Rutin disini adalah sering, meskipun dalam kuantitas lembar yang tidak sebanyak orang-orang yang suka membaca. Beberapa bacaan memberi saya perspektif baru, tentang bagaimana saya seharusnya mengarahkan pikiran saya maupun bagaimana saya seharusnya mengambil sikap dalam kehidupan. Sekiranya diceritakan semua, akan terlalu banyak yang diurai. Saya akan mengambil sedikit saja untuk diceritakan kali ini. Lainnya, mungkin di tulisan saya kemudian hari.
Usia saya 30 tahun lebih beberapa hari. Yap, bulan ini pergantian angka dasawarsa saya. Saya pernah mendapati ungkapan bahwa angka 0 (nol) dalam usia maupun tahun akan menjadi awal dari sebuah babak baru. Meskipun ini hanya sugesti, anggap saja kali ini ada benarnya. Kesadaran akan usia dan konsumsi bacaan sedikit banyak mempengaruhi arah dan pola pikir saya. Harus saya apakan diri saya, pikiran saya, lingkungan sekitar saya, dan hal-hal lain yang sekiranya bisa saya kendalikan atau setidaknya saya pengaruhi di kisaran diri saya sendiri.
Beberapa tahun lalu saya pernah memancang cita-cita, bahwa suatu saat, entah dengan cara apa, saya akan membuat yayasan. Atau setidaknya lingkungan dengan peran yang sama seperti yayasan. Toh saya tidak sedang mencekoki pikiran saya dengan hal-hal teknis maupun formal, tetapi lebih kepada isi dan maknanya. Yang terpenting di sini adalah, jika cita-cita saya terwujud, efeknya serupa dengan yang saya cita-citakan, ada atau tidaknya wadah fisik dan formal yang menaunginya. Hal lain yang saya inginkan dan semoga mendorong upaya saya, bahwa saya ingin pensiun dini. Pulang ke tempat saya ingin membenahi diri, lingkungan, dan sekali lagi, hal-hal yang masih dalam kendali saya. Setidaknya, saya ingin di usia saya yang ke 40 (empat puluh) nanti saya sudah pensiun dari dunia korporasi dan telah benar-benar mandiri. Sepuluh tahun atau jika diuraikan, seratus dua puluh bulan sejak saat ini. Saya membayangkan di dasawarsa saya yang keempat nanti, saya sudah memiliki penghasilan tetap dari arah mana saja. Setidaknya minimal dua kali dari upah minimum tempat saya tinggal. Saya ingin mandiri finansial. Setelahnya, saya melanjutkan mengembangkan apapun yang saya cita-citakan. Harapannya, bukan tahun dimana saya mengawali semuanya, tapi tahun-tahun fokus dan melanjutkan apa yang seharusnya sudah saya mulai sejak saat ini. Okey... mari pancang lebih dalam dan kuatkan akarnya.
Saya akan berjodoh dengan seorang perempuan. Jelas saya belum tahu siapa dia. Pengetahuan saya sangat terbatas tentang masa depan, hampir nihil. Masa depan yang paling saya tahu adalah, kematian akan datang memotong hidup saya suatu saat. Semoga tiba dengan cara yang baik dan dalam keadaan yang terbaik, atas ridho-Nya. Tuhan yang menciptakan makhluknya berpasang-pasangan lebih tahu, perempuan mana yang paling Ideal bagi saya. Lalu, saya membayangkan tentang keturunan saya. Anak-anak saya, kelak mereka berada dalam asuhan langsung kedua orang tuanya. Kami akan mengajari mereka yang pertama-tama tentang budi pekerti dalam menghadapi dunia. Pikiran mereka semakin berkembang dan mereka semakin bijak mengambil sikap. Bagaimana seharusnya mereka memperlakukan diri mereka sendiri, hidup dan kehidupan mereka, dan bagaimana mereka memperlakukan dunia. Kami berdua akan berusaha mendidik mereka dengan bijak. Kami hanya akan sekedar menjadi perantara tumbuh kembang mereka. Sebagai wakil Tuhan yang hanya dititipi, bukan memiliki. Hingga mereka tahu, milik siapa sebenarnya mereka. Kami menaruh cita-cita pada nama mereka, tapi kami tidak akan memaksa mereka menjadi seperti apa yang kami cita-citakan. Kesadaran kami menengahi, bahwa cita-cita yang kami titipkan dalam makna dari nama-nama mereka, hanyalah konsep dasar untuk mereka kembangkan sendiri, tentang jalan mana yang benar, jalan mana yang baik, jalan mana yang akan mereka putuskan untuk ditempuh menuju keindahan mereka masing-masing. Kami hanyalah penjaga kebun bunga yang tak berharap mencicipi buah apa-apa. Kami akan sangat bahagia hanya dengan melihat tanaman itu tumbuh dengan baik, bunga-bunga mekar dari diri mereka, harum menyebar dan tercium oleh keterbatasan kami. Kami sadar, saat itu kami semakin tua dan semakin terdegradasi jugalah fisik kami. Regenerasi sedang mempersiapkan pita-pita sertijabnya.
Aku tak boleh terlena oleh waktu. Aku tak akan mencurahkan terlalu banyak untuk cita-citaku. Yang aku ingin saat ini, upaya-upayaku adalah fokus utamaku. Kesadaranku, aku tak berhak atas hasil apapun juga. Tidak juga aku akan menitipkan kebahagiaanku di sana. Yang kutahu, hak ku atas usaha sangatlah besar. Apapun yang terjadi atas usahaku, itulah yang akan aku jadikan faktor atas kebahagiaanku. Biarlah aku berlari bersama waktu.
Kubuat tulisan ini, yang pertama-tama sebagai Do'a. Kucurahkan atas Dia Yang Maha Kuasa dan Maha Berkehendak. Terserah saja, mau seperti apa takdir yang diberikan oleh-Nya. Aku pasrah, Lillaahita'ala.
Yang kedua, sebagai pengingat untuk diriku sendiri. Apa yang aku curahkan dalam Do'a, adalah yang harus aku jalankan dalam Upaya.
Bismillaah...
Gusti Allah Maha Welas Asih
Gusti Allah mboten sare.
31 Oktober 2021 14:06

0 Komentar