"Semua struggle itu tidak bisa dibandingkan. Semua orang mempunyai struggle nya masing-masing", kata seorang penyandang HIV AIDS positif (ODHA)
Orang boleh menganjurkan untuk hidup seperti ini atau seperti itu, tapi untuk memaksakan? Tentu tidak. Paksaan demi paksaan hanya akan menambah rumit masalah, sedangkan setiap orang telah dirundung masalahnya sendiri-sendiri dalam ketidakpastian hidupnya. Ketidakpastian itu niscaya, setidaknya bagi manusia. Orang-orang tidak dibekali dengan kemampuan melihat takdir, apalagi menentukan takdirnya masing-masing.
Nasib manusia menjadi struggle mereka masing-masing.
Orang miskin berjuang dengan keterbatasan ekonomi nya,
Orang disabilitas berjuang dengan ketidaksempurnaan fisiknya,
Single parent dengan ketidaksempurnaan keluarganya,
Anak-anak korban bullying dengan mentalitasnya yang goyah,
ODHA dengan penolakan masyarakat dan penyakit HIV nya,
Tuna rungu dengan keterbatasan daya dengar dan kebisuannya,
Petani dengan ketidakpastian panennya,
Pengangguran dengan ketidakpastian pekerjaan,
Anak putus sekolah dengan masa depannya,
Pasien dengan rasa sakit dan biaya berobatnya,
Manula dengan kerentaan fisiknya,
Tentara dengan tentengan senjatanya,
Bekas narapidana dengan masa lalunya yang kelam,
juga orang-orang dengan keterbatasannya masing-masing.
Perjuangan itu kadang masih harus dirangkap dengan stigma sosial yang cenderung disandang seseorang karena masa lalunya.
Sebagian orang yang merasa berkecukupan begitu mudah menimpakan prasangka dan beban baru bagi orang lain yang masih dirundung keterbatasan. Alih-alih membantu, kata-kata pedas tak pandang norma kadang menghunus. Kesadarannya hanya pada rasa tinggi dan rasa lebih baik diantara yang lainnya.
Ada hitam, ada putih
Ada gelap, ada terang
Ada negatif, ada positif
Ada kebaikan diantara keburukan
Diantara itu semua, masih ada harapan yang terjaga karena sebagian orang memilih mengabdi pada kebaikan, kedermawanan, ketulusan.
Diantara masa depan yang lebih baik, mereka memilih merawat harapan orang-orang dengan struggle nya masing-masing.
Banyak yang harus dikorbankan, balasan nya adalah kepuasan dan kegembiraan hati.
Dari harapan yang mereka tanam, muncullah...
Panti jompo dengan kakek dan nenek yang telah tua renta,
Panti rehabilitasi penyandang HIV AIDS dan pengguna narkoba,
Panti Asuhan bagi anak-anak yang ditinggal orang tuanya,
Yayasan pendidikan untuk anak-anak putus sekolah,
Yayasan bagi anak tuna rungu dan orang-orang difabel,
Gerakan-gerakan pengentasan kemiskinan,
Para donatur yang merelakan sebagian hartanya,
Para orang tua asuh bagi anak-anak terlantar
Relawan pembantu korban bencana alam,
dan banyak hal lain yang orang-orang baik itu lakukan.
Untunglah, masih banyak yang rela bahu-membahu, saling menolong, atas nama kemanusiaan.
Setidaknya,
"Harapan itu Masih Ada".
Wonosobo, 22 Juli 2017
0 Komentar