Di Luar Kaca



Pagi ini dingin sekali
embun tertinggal di kaca jendela
Lantas aku bertanya,
"Bolehkah embun melekat, membuatmu buram terlihat?"

Ia diam . . .

Siang datang dengan teriknya yang biasa
ujung jari kusentuhkan pada kaca jendela
begitu panas rasa-rasanya
dan lantas aku bertanya,
"Relakah terik menembus, sementara panasnya tertinggal di muka?"

Ia diam . . .

Malam datang gelap pekat
di penghujung dua puluh sembilan
"Ini malam bulan mati, bintang pun mati," batinku saja.
Disinilah aku tak lagi bertanya,
sebab hanya diam, jawabnya atas segala.
Tapi...
Lain ternyata,
saat angin datang menggemeretakkan kaca jendela.
Seolah ia berujar, lirih saja...
"Aku menyambut siapa pun, yang datang bersahaja."
begitulah barangkali rasa-rasanya.

Dan aku sendiri,
mataku hanya menembusi kaca jendela seharian ini.
Ketakutanku,
mengurung diri,
terbatas membatasi,
Sebatas hal-hal yang tak selalu pasti.

Wonosobo, 30 Juli 201

Posting Komentar

0 Komentar