Guruku, Masa Lalu

Aku tak hendak mengutuki masa lalu. Manis dan pahitnya adalah guru terbaik dalam duniaku.
Membenci pun, aku tak mau.
Cukuplah dengan rasa syukur sembari aku menghela nafas dalam-dalam. Ingatanku adalah pada apa-apa yang terjadi dan bisa kurenungi. Yang mana pada makna yang terdalam, jadi seperti inilah setelah aku menjalani proses bertahun-tahun lamanya.
Alih-alih melihat kekuranganku atas yang lainnya, baik aku menyadari kalau aku lebih beruntung dari sekian banyak orang yang terlihat tak lebih baik.
Sebisa-bisanya, aku harus mampu menjadi pawang atas diriku sendiri. Hal yang sangat sulit, bahkan sampai pada usiaku detik ini juga.
Sebisa-bisanya, aku harus jadi orang. Bermanfaat bagi sekeliling dalam hal yang baik-baik saja. Aku ingat bahwa aku bisa seperti ini, toh juga uluran banyak tangan dari orang-orang baik disekelilingku.
Kuucapkan terima kasih yang begitu besar bagi mereka.
Semoga aku bisa berbagi, tidak apatis dan tidak egois.
Aamiiin yaa robbal 'alamiin

Wonosobo, 19 Juli 2017     11.34

Posting Komentar

0 Komentar