Cerita Saya Sepanjang Tahun 2024

2024

Salah satu tahun spesial dalam hidup saya. Banyak cerita yang terjadi dari waktu ke waktu. Do’a-do’a yang saya panjatkan di tahun-tahun sebelumnya terwujud satu per satu. Usaha-usaha yang saya lakukan sepanjang waktu, membuahkan hasil. Diantara kesemuanya itu, salah satu pencapaian yang begitu berharga adalah pernikahan saya yang terwujud di tahun ini.

         Awal Desember 2023 saya berkenalan dengan seseorang bernama Khomisa Al Qomaria, saya memanggilnya Mbak Ica. Lewat mana dan dengan cara apa, orang-orang dekat saya yang tau tentang hal tersebut. Dia perempuan Palembang, tempat yang sama sekali belum pernah saya singgahi ketika itu. Kami berkenalan tanpa pernah tatap muka di dunia nyata. Kami saling bertanya dan menjawab satu sama lain. Tentang banyak hal, hampir setiap hari. Obrolan kami makin intens ketika di akhir Desember kami bertukar nomor telepon. Dari sini, obrolan meluas dan kami mencoba untuk lebih mengakrabkan diri. Cerita berlanjut sampai pada waktunya saya memutuskan untuk menemuinya, beranjak ke Palembang.

Akan saya ceritakan bagaimana peristiwa-peristiwa di tahun 2024 berjalan dalam kehidupan saya.

Januari

                Awal tahun ini, saya mendapati salah satu pencapaian besar yang benar-benar baru bagi saya. Pada 24 November 2023 saya menghubungi salah satu penerbit. Tujuannya, saya ingin mengapresiasi diri sendiri dengan menerbitkan cerita yang telah saya buat dalam bentuk buku. Sebelum-sebelumnya, saya memang tidak begitu PeDe untuk hal yang satu ini. Nyatanya, saya telah menulis dan menyusun buku ini sejak tahun 2019. Butuh waktu 5 tahun sampai saya yakin dan merasa perlu untuk membawanya dalam level lain, yaitu menerbitkannya dalam bentuk buku. Alangkah bersyukurnya saya, ketika cerita saya dianggap layak terbit. Pada 4 Januari 2024, saya diberitahu oleh penerbit bahwa buku saya sudah selesai cetak dan siap diterbitkan. Buku ini adalah cerita perjalanan saya ke Maluku Utara. Cerita tentang hari-hari saya di Desa Koititi, Kabupaten Halmahera Selatan kala itu. Perjalanan yang saya alami sudah cukup lama sebenarnya, di bulan November 2018.

        Hal yang membuat saya bersyukur sebenarnya adalah bahwa ternyata saya bisa lho menerbitkan karya orisinil saya sendiri. Melalui serangkaian kesulitan dan ketidakpercayaan diri untuk kemudian merubahnya menjadi suatu karya. Saya perlu berterima kasih, utamanya pada diri sendiri untuk hal ini.

Februari

                Seperti yang saya sampaikan di awal, saya menjadwalkan untuk menemui Mbak Ica. Maka pada 11 Februari 2024, saya memutuskan berangkat ke Palembang. Mengendarai sepeda motor dini hari dari Subang, saya melaju ke Stasiun Cikarang. Naik KRL pada jadwal keberangkatan pertama dan turun di Stasiun Manggarai. Kemudian lanjut menggunakan Kereta Bandara tujuan Bandara Soekarno-Hatta. Setelah sampai, saya harus menuju Terminal 2E di bandara menggunakan KA Layang / Skytrain. FYI, untuk KA Layang ini gratis lhoo… Perjalanan menuju Palembang menggunakan pesawat Lion Air pada jam 8 pagi. Setelah beberapa waktu, sampailah saya di Palembang untuk pertama kalinya pada pukul 9, di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Dari sini, saya menuju Kota Palembang menggunakan LRT untuk selanjutnya menuju tempat saya menginap.

Sore di hari yang sama, pertama kalinya saya bertemu dengan Ica (mulai dari sini, dia maunya dipanggil Ica, bukan lagi Mbak Ica). Pukul 5 sore lebih kami menuju rumah Kakaknya yang kebetulan baru selesai acara arisan. Di sana, keluarga besar Ica sudah berkumpul. Ada Bapak, kakak-kakak, bibi, paman, dan beberapa sepupunya. Dari sini saya baru tahu kalau Ibunya sudah meninggal dan Ia adalah anak terakhir dari 5 bersaudara. Kondisinya hampir sama dengan saya, dimana Bapak saya sudah meninggal dan saya pun adalah anak terakhir dari 5 bersaudara.

Obrolan-obrolan terjadi dalam pertemuan itu. Sambutan keluarga cukup hangat dan baik. Hanya mungkin, saya yang dari Jawa berintonasi lebih rendah untuk rata-rata orang Palembang atau orang Sumatra pada umumnya. Obrolan-obrolan yang muncul seputar asal-muasal, bagaimana keluarga saya, background pendidikan, pekerjaan saya, dan hal-hal lain juga. Tentu saja tentang bagaimana saya meniatkan diri untuk bertemu dengan keluarga Ica, sudah ia sampaikan sebelum saya datang ke sana. Saya yang seorang diri datang dari pulau jauh, menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari keluarga dan para kerabat. Berusaha menjelaskan niat saya untuk menindaklanjuti perkenalan dengan Ica ke arah yang lebih serius. Meskipun pertemuan itu berlangsung baik, namun beberapa waktu setelah saya pulang dari Palembang, perjalanan menggapai restu keluarga ternyata tidak semulus yang diharapkan.

Pada 12 Februari 2024, saya dan Ica merencanakan mengunjungi beberapa lokasi di Palembang. Pikir saya, seandainya pun nanti takdir berkata lain, paling tidak saya sudah merasakan suasana Palembang seperti apa dan bagaimana. Bagaimanapun, kita tentu harus selalu bersiap untuk dua kemungkinan yang mungkin saja terjadi. Selain itu, tentu ini momen untuk kami bisa saling mengenal lebih dalam lagi. 

Setelah seharian berkeliling, menjelang sore saya diantar olehnya menuju bandara. Beruntungnya, penerbangan sore menuju malam di pesawat, saya mendapat kursi dekat jendela. Syahdu sekali… Momen ini saya abadikan lewat kamera dan saya buat video pendek untuk kenang-kenangan, sebagai salah satu perjalanan yang menurut saya mengesankan.

Sepulang dari Palembang, saya melanjutkan perjalanan ke Wonosobo, pulang ke kampung halaman. 14 Februari 2024, gelaran PEMILU diadalakn di seantero Indonesia. Saya ikut ambil bagian di dalamnya.

Oh iya, pertemuan dengan keluarga Ica di Palembang saya ceritakan pada Kakak dan Ibu saya, sembari mengira-ngira dan menunggu tanggapan dari mereka. Syukurlah, Ibu saya meridhoi dan memberikan restu apabila hubungan tersebut akan dilanjutkan ke arah yang lebih serius. Tentu tak terlupa juga, saya dan ibu menyempatkan diri untuk ziarah ke makam Bapak, mendo’akan yang terbaik untuk beliau di sana.

Selama di Wonosobo, seperti biasanya, saya juga menyempatkan diri bertemu dengan teman-teman. Membahas kegiatan-kegiatan selama ini, curhat tentang berbagai hal, serta membahas hasil Pemilu yang sedang ramai dibicarakan dimana-mana. Akan tetapi, tentang perjalanan saya ke Palembang, masih saya rahasiakan dan tutup dalam-dalam.

Selain segala kegiatan di atas, ada satu skill yang saya pelajari di akhir bulan ini. Saya belajar untuk menerbangkan Drone. Kesenangan saya pada fotografi mendorong hasrat untuk bisa meng-upgrade skill ini. Awalnya memang ragu, karena takut drone yang saya terbangkan jatuh atau menabrak ini dan itu. Tapi cepat atau lambat, saya merasa perlu menguasainya. Dalam suatu waktu, drone saya sempat menabrak dedaunan dan ada sedikit retakan di body bagian atas. Tapi syukurlah, fungsinya tidak terpengaruh sama sekali dan drone saya masih bisa dijalankan dengan normal.

MARET

                Domba pertama lahir…

APRIL

                Bulan ini adalah datangnya Bulan Ramadhan dan Bulan Syawal. Saya menjalani bulan puasa dan lebaran di Subang, di tempat bekerja. Idul Fitri membawa sebuah kabar baik. Tepatnya pada tanggal 16 April 2024, Ica menyampaikan kabar bahwa kami telah mendapatkan restu dari keluarganya untuk hubungan kami yang lebih serius. Bukan perjalanan yang mudah, mengingat setelah bertemu dengan keluarganya pertama kali hingga tanggal tersebut, banyak tarik ulur dan keragu-raguan yang datang dari keluarga karena satu dan lain hal. Tanggal 25 April 2024 saya baru pulang dan sampai di Wonosobo. Kepulangan saya di tanggal itu karena pada tanggal 26 April 2024 selepas maghrib, ada do’a bersama untuk memperingati 1000 hari meninggalnya Bapak. Setelah do’a bersama, saya utarakan perkembangan hubungan saya dengan Ica pada keluarga. Kali ini, Ica pun sempat menelpon Ibu saya.

                Pada tanggal 30 April 2024, saya bersama dengan Kakak saya nomor 3 menuju ke Kulon progo mengendarai motor pada pagi hari. Waktu itu, kami akan berangkat ke Palembang, penerbangan dari YIA menuju Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Ini adalah pertama kalinya saya mengunjungi dan naik pesawat dari bandara baru yang ada di Yogyakarta ini.

 

MEI

                1 Mei 2024, saya bersama Kakak menuju rumah Ica di Plaju, Palembang. Ini adalah tanggal lamaran kami. Acara lamaran berlangsung sederhana tanpa kemewahan apapun. Memang kami menginginkan acara yang sederhana namun berlangsung hikmat. Saya kembali bertemu keluarga dan sanak saudara Ica, kali ini didampingi oleh Kakak. Maksud dan tujuan kedatangan disampaikan oleh Kakak saya. Kemudian Bapak Ica menimpali, dan lamaran pun diterima. Ditetapkanlah tanggal 18 Agustus 2024 untuk acara akad nikahnya. Tentang biaya-biaya dan hal-hal lain yang terkait pun dibahas. Pada tanggal 2 Mei 2024, saya dan Kakak pulang dari Palembang menuju Yogyakarta dan kemudian menuju Wonosobo kembali. Sesampainya di Wonosobo, mengabarkan kepada saudara yang lain hasil lamaran di Palembang. 

 

Hari-hari setelah pulang dari Palembang, saya mulai mempersiapkan segala hal yang berhubungan dengan pernikahan. Hal-hal yang ribet dan membuat saya harus keliling kesana-kemari diantaranya adalah masalah berkas. Bahkan perbedaan huruf atau nama di beberapa dokumen pun harus dirubah kesana-kemari. Selain pengurusan berkas, saya mulai mencari kontrakan, isi rumah, mempersiapkan mas kawin, dll. Keluarga di Wonosobo, mulai memusyawarahkan transportasi yang akan digunakan untuk menuju Palembang, siapa saja yang akan ikut, dan persiapan apa saja yang dibutuhkan dan perlu dicari. Tenaga, pikiran, finansial campur aduk dan terus bergerak untuk mengolah setiap problem yang datang sembari mempersiapkan segala hal yang diperlukan.

Rencana memang tak selamanya berjalan seperti yang diharapkan. Setelah pada waktu lamaran diputuskan untuk akad nikah tanggal 18 Agustus, ada usulan untuk dimundurkan jadi bulan Desember di tahun yang sama. Ini menjadi problem baru, mengingat masalah-masalah baru bisa saja muncul terkait mundurnya jadwal. Tak ada yang tahu. Sedikit gejolak datang, sedikit perubahan kecilpun mampu berpengaruh pada lain hal, efek domino. Baru setelah melewati berbagai kompromi dan musyawarah oleh berbagai pihak, diputuskan dengan pasti bahwa Akad Nikah akan dimajukan pada tanggal 30 Juni 2024. Setelah keputusan didapat, persiapan yang lebih singkat harus diupayakan dengan effort yang lebih besar demi kelancaran atas segalanya.

JUNI

                Kontrakan telah didapat dan pertengahan Juni sudah bisa mulai ditempati. Kasur telah ditata, dan gorden pun telah dipasang. Lampu-lampu penerangan telah dipasang, lantai dan langit-langit telah dibersihkan.

Pada 28 Juni 2024, keluarga dari Wonosobo sampai di Subang. Menjemput saya yang akan ikut bersama mini bus yang membawa mereka dari Wonosobo menuju Palembang. Istirahat sejenak, lalu lanjut perjalanan menuju Tangerang untuk menjemput sanak saudara lain di sana. Malam harinya, perjalanan dilanjutkan menuju Palembang. Menyeberang dari Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakaheuni dengan kapal express dan dilanjutkan kembali lewat jalur darat. Sampailah di Palembang pada tanggal 29 Juni 2024 di rumah Kakak Ica, tempat keluarga dari Pulau Jawa menginap. Sore hari, kedua keluarga berkumpul di rumah Bapak Ica untuk ramah tamah dan saling mengenal. Malam harinya, melakukan beberapa persiapan untuk hari esok.

Akhirnya, tibalah hari Minggu, 30 Juni 2024. Akad nikah dilangsungkan pagi hari, Kakak pertama saya menggantikan almarhum Bapak untuk menjadi Wali Nikah. Setelah akad nikah selesai dan dinyatakan sah, acara dilanjutkan dengan beberapa prosesi adat Palembang. Menjelang siang, kedua mempelai berfoto bersama keluarga dan tamu undangan yang hadir. Akad nikah berjalan sederhana di rumah Bapak Ica dengan resepsi yang juga sederhana. Memang inilah yang kami harapkan sedari lama. Maka pada hari ini, kami (Okin dan Ica) sudah Sah menjadi sepasang Suami-istri.

 

JULI

             1 Juli 2024, keluarga dari Pulau Jawa pamit undur diri. Mereka akan melakukan perjalanan kembali ke Pulau Jawa. Mengantarkan keluarga dari Tangerang dan selanjutnya kembali ke Wonosobo. Perjalanan panjang untuk pulang.

                 2 Juli 2024, saya beserta istri diantar oleh Kakak pertama Ica beserta Suami dan anak mereka kembali menuju Subang, Jawa Barat. Siang hari, kami berangkat menggunakan bis tujuan Subang. Hujan datang menghampiri kami dalam perjalan melewati Tol Trans Sumatra yang didominasi perkebunan sawit di sisi kanan dan kirinya. Beberapa jam kemudian, hujan reda. Sebuah keindahan terlihat dari kejauhan ketika kami melihat Pelangi melintang di langit pasca redanya hujan menjelang sore kala itu. Ini pelangi pertama yang saya lihat setelah beberapa tahun kebelakang. Indah sekali rasa-rasanya. Sampai di kontrakan pada 3 Juli 2024 dini hari. Mulai dari sini, saya sudah tidak tinggal di mess lagi.

                4 Juli 2024, saya kembali bekerja. Kali ini, dengan status baru dan tanggung jawab baru yang lebih besar tentu saja. Hari-hari awal berumahtangga, kami jalani bersama.


                27 Juli 2024, kami jalan-jalan ke Jakarta. Ini adalah pertama kalinya bagi Ica naik KRL dan menginjakkan kaki di Jakarta. Siang hari, kami mengunjungi Perpustakaan Jakarta. Saya ingat, siang itu makan bekal udang saus kecap yang kami masak di rumah. Selepas dari perpustakaan, kami menuju Masjid Istiqlal. Melewati waktu maghrib disana. Perjalanan selanjutnya adalah menuju Bundaran HI. Naik KRL, turun di Stasiun Sudirman, dan melanjutkan naik MRT menuju Bundaran HI. Malam harinya, kami kembali ke Subang karena besoknya saya harus bekerja kembali.

AGUSTUS

                20 Agustus 2024, saya dan Ica mengadopsi seekor kucing yang saya bawa dari lingkungan tempat kerja saya. Ketika diadopsi, do’i masih kecil, agak dekil, dan banyak kutu nyempil di kuping dan sela-sela bulunya. Kami bersihkan dan kami mandikan. Sekarang do’i udah makin gede, nemenin Ica di rumah kalau saya sedang kerja. Awal adopsi, do’i pernah pipis di dalam rumah, itupun hanya sekali ketika kami masih tidur. Setelah itu, ia bakal minta keluar rumah kalau mau pipis atau pup, sekalipun itu harus membangunkan kami malam-malam. Pinter yaa dia… Ini mungkin definisi “takdir mampu membawamu naik kelas dari arah yang tak terduga”.

                28 Agustus 2024, pertama kalinya kami pulang ke Wonosobo setelah menikah. Kami pulang salah satunya untuk mengurus berkas-perkas kependudukan pasca nikah. Selebihnya, untuk bertemu saudara, teman, dan liburan. Karena ini hari rabu, maka bertepatan dengan adanya ngaji rutin malam nanti di Jogja. Saya ajaklah Ica ke Jogja menggunakan sepeda motor untuk ikut Ngaji Filsafat di Masjid Jendral Sudirman, Kompleks Kolombo, Sleman. Malam itu kami menginap di Jogja.

 

                29 Agustus 2024, kami beranjak dari Jogja ke arah Klaten. Tujuan kami adalah Candi Prambanan. Kami jalan-jalan berkeliling Candi Prambanan sampai siang menjelang. Malam hari, kami mengunjungi Gramedia Sudirman, Yogyakarta. Seingat saya, waktu itu Ica beli buku berjudul “Sisi Tergelap Surga” karya Brian Khrisna, buku yang dia ceritakan padaku ingin ia beli beberapa waktu sebelum kami ke Jogja. Saya sempat membeli buku, tapi lupa judulnya. Kalau tidak salah sih buku berjudul “Inner Engineering” karya Sadhguru sepertinya. Selepas ke Gramedia, kami kembali ke penginapan, malam ini masih di Jogja.

 

 

                30 Agustus 2024, pagi hari kami pulang dari Jogja menuju Wonosobo. Malam di hari yang sama, teman-teman di Wonosobo mengajak kami kongkow. Teman akrab dari komunitas juga dari almamater yang sama sebelum saya merantau dulu. Mereka ingin interogasi katanya, bagaimana bisa saya dan Ica bertemu hingga akhirnya menikah.

                31 Agustus 2024, Ica saya ajak berkendara menuju Air Terjun Sikarim pagi-pagi sekali. Dekat saja dari rumah, hanya sekitar 15 menitan. Sebuah lembah dengan julukan Swiss van Java yang begitu indah, sejuk dan hijau. Syukurnya, pemandangan pagi itu sangat cerah. Langit terlihat biru bersih dari kejauhan. Saya sempat menerbangkan drone dari tempat tinggi dekat air terjun.


                Siang menjelang sore, kami pergi ke Batur, Banjarnegara. Perjalanan melewati Dieng Plateau yang begitu dingin. Kami menginap di Batur dan pulang keesokan harinya.

SEPTEMBER

                1 September 2024, ini hari terakhir kami di Wonosobo sebelum kembali lagi ke Subang untuk melanjutkan aktivitas seperti biasanya. Hari ini kami pergi ke pasar dan mencari oleh-oleh, selebihnya hanyalah beristirahat. Siang hari, kami diajak kumpul lagi bersama teman-teman sebelum benar-benar pulang. Kumpulnya dikondisikan dekat dengan terminal, supaya kami tidak terlalu terburu-buru nantinya. Membicarakan hal-hal receh sampai yang dalam-dalam. Kebetulan Nova datang ketika itu. Ia hobi fotografi. Kami yang memang tidak punya foto prewedding, meminta bantuannya untuk memotret kami ala-ala postwedding. Fotonya pun hanya di café tempat kami ngumpul-ngumpul. Syukurlah, nasib baik kami punya foto-foto yang estetik. Selesai ngumpul dan berfoto, kami pamit undur diri menuju terminal. Melakukan perjalanan kembali ke rutinitas sehari-hari.

                6 September 2024, Movie Date pertama kami berdua, dan sepertinya satu-satunya di tahun ini. Waktu itu nonton film berjudul “Seni Memahami Kekasih”.

                14 September 2024, main ke Tangkuban Perahu, naik untuk melihat Kawah Ratu. Kemudian lanjut menuju Kota Bandung. Duduk-duduk di Taman Lansia, berjalan ke depan Gedung Sate untuk berfoto, kemudian lanjut sholat di Masjid Raya Bandung.

                21 September 2024, berkunjung ke Florawisata D’Castello di daerah Ciater, Subang. Sebuah lokasi wisata taman bunga dengan berbagai wahana dan replika istana warna-warni.

OKTOBER

                4 Oktober 2024, melakukan perjalanan ke Bogor dengan motor menuju Stasiun Cikarang, dilanjut menggunakan KRL sampai di Stasiun Bogor. Sesampainya di Bogor bermalam di rumah Veski, sahabat melancong semasa kuliah.

                5 Oktober 2024, menyempatkan diri berkunjung ke Kebun Raya Bogor dan berkeliling sampai siang. Sorenya, kumpul di tempat Veski dan bertemu kawan-kawan kuliah dulu. Kawan-kawan yang dulu sering main bareng waktu single, sekarang sudah menikah semua dan beberapa sudah punya momongan. Saya menjadi bagian terakhir dari mereka yang bertemu pasangan. Malam harinya, pamit pulang ke Subang sebab besok sudah mulai kerja kembali. Perjalanan pulang diiringi hujan yang cukup deras, bahkan sempat mendengar kabar bahwa terjadi banjir di Kota Bogor.

                15 Oktober 2024, waaah… ternyata ada juga yang ngerayain ulang tahun saya. Sayangnya, surprisenya gagal gegara saya pulang lebih cepat. hahahaa... 

NOVEMBER

                03 November 2024, menyempatkan diri main ke Kebun Binatang Ragunan. Kedua kalinya, setelah beberapa tahun yang lalu. Hujan deras di Ragunan membuat saya tak leluasa berkeliling kebun binatang.

                16 November 2024, bermain dan bernostalgia ke kampus tercinta, IPB. Mengajak istri jalan-jalan di dalam kampus, melewati Danau LSI dan perpustakaan, dan beribadah di Masjid Al-Hurriyyah.

                25 November 2024, perjalanan pulang ke Wonosobo menggunakan bis. Tujuannya hendak sekalian ikut berpartisipasi dalam Pilkada. Di tengah perjalanan, kondisi badan istri sempat drop. Maka saya meminta supir bus untuk menurunkan kami di Rumah Sakit yang ada di pinggir jalan. Tengah malam, kami turun dari bis dan memeriksakannya di Rumah Sakit di Bumiayu. Ia diinfus dan istirahat di sana. Setelah keadaan membaik dan membereskan administrasi rumah sakit, infus dicopot dan kami melanjutkan perjalanan menggunakan mobil travel tujuan Purwokerto. Kemudian lanjut menggunakan mobil travel lain jurusan Purwokerto-Wonosobo. Tak sengaja, saya bertemu Iqbal, adik angkatan saya sewaktu kuliah di IPB. Kami mengobrol banyak hal sampai tiba di Wonosobo pada siang hari.


                27 November 2024, kami ikut Pilkada di desa kami. Ya, kami memutuskan Wonosobo sebagai alamat yang tertera di Kartu Keluarga kami. Siang menjelang sore, kami bertemu dengan kawan-kawan di Wonosobo. Obrolan seputar pernikahan dan kehidupan rumah tangga menjadi salah satu topik yang dibicarakan kala itu. Juga topik-topik lain yang membawa kami bercerita sampai sore hari. Kemudian, saya, istri, bersama kedua teman saya memutuskan untuk lanjut bermain ke alun-alun Wonosobo. Ketika maghrib tiba, kami beribadah di Masjid Jami’ Wonosobo dan lanjut berkeliling alun-alun Wonosobo. Setelah itu, Ica dan salah seorang teman saya ikut mewarnai gambar styrofoam di pojok alun-alun.

                29 November 2024, pagi hari kami pergi berkendara ke Petungkriyono, Pekalongan lewat Dataran Tinggi Dieng. Sampai di Petungkriyono menjelang siang. Di Petungkriyono, kami menikmati indahnya alam, melihat peternakan domba, bermain di sungai, juga mengunjungi air terjun bernama Curug Bajing. Setelahnya, kami pamit untuk pulang ketika maghrib.


 

DESEMBER

                1 Desember 2024, kami merencakan untuk pergi ke pantai hari ini. Pagi hari berkendara dari Wonosobo dan sempat diguyur hujan deras dalam perjalanan. Satu jam lebih berkendara, kami berhenti sejenak untuk makan soto di daerah Maron, Purworejo. Ya, kami melewati Purworejo karena hendak ke Kulon Progo, Yogyakarta. Tepatnya di Pantai Glagah. Kami sampai di Pantai Glagah hampir jam 11 siang, hujan sudah reda sedari kami berangkat setelah makan tadi. Beberapa saat menikmati ombak Pantai Glagah, hujan besar turun kembali. Lantas kami berteduh di bawah gubug sembari mengenakan jas hujan. Sialnya, saya lupa menaruh kunci motor. Hujan-hujanan kami mencarinya. Lama setelah itu, ternyata kunci motor ketemu di bawah tumpukan sepatu kami yang ada di bawah plastik. Heeeeuh…

                Perjalanan kami lanjutkan melewati rute berbeda. Kami mengambil jalan arah Kebumen, melewati Jalan Lintas Selatan Jawa yang mulai banyak berlubang di sejumlah titik. Kami makan siang di tepi JLS dan lanjut berkendara menuju Pantai Setro Jenar. Membayar loket masuk pantai 3000 rupiah dan mencari spot yang tidak ramai supaya kami bisa leluasa bermain dan menikmati ombak Samudra hindia.

                Setelah puas menikmati pantai, kami kembali melanjutkan perjalanan. Jas hujan Ica robek, jadi kami melipir sebentar membeli jas hujan baru di sebuah toko. Perjalanan kami lanjutkan. Kali ini, tujuan kami adalah Bendungan Waduk Wadaslintang. Sampai di Waduk Wadaslintang menjelang sore. Sebab hujan baru reda, suasana menjadi agak dingin di sini. Beberapa lama menikmati indahnya waduk, kami berkendara kembali ke arah Wonosobo, pulang. Perjalanan Wadaslintang menuju Wonosobo melewati jalanan kecil yang sepi dan berlika-liku, kami pun harus melewatinya dalam gelapnya malam. Syukurlah, kami sampai rumah malam hari dengan aman untuk kemudian beristirahat.

                2 Desember 2024, ketika itu kami baru saja membeli tiket bis untuk keberangkatan sore hari menuju Subang. Naasnya, jalan yang kami lalui banjir besar karena luapan sungai di samping Jalan Dieng, jalan di Kecamatan Mojotengah yang mengarah ke Pegunungan Dieng. Motor kami mogok dan kami terjebak di sebuah masjid di area Kalibeber. Sebab motor mogok adalah busi yang basah diterjang banjir tadi. Setelah banjir mereda, mencari bengkel untuk memperbaiki motor. Hari itu kami batal pulang ke Subang.

                3 Desember 2024, pagi hari saya mengajak Ica ziarah ke makam Bapak. Ketika ziarah, hujan datang cukup deras. Tak mengurangi upaya kami untuk mendo’akan yang terbaik bagi almarhum Bapak. Ini kali pertama Ica saya ajak ke makam Bapak. Sore harinya, kami pulang ke Subang dengan bis dari Terminal Mendolo.

                8 Desember 2024, pagi hari ketika berangkat kerja, saya takjub melihat pelangi yang nampak indah pagi itu. Sepertinya ini pertama kalinya saya melihat pelangi di Subang setelah lebih dari tiga tahun tinggal di sini. Pelangi terakhir sebelum ini adalah perjalanan dari Palembang menuju Subang.

EPILOG

                Itulah cerita dalam perjalanan hidup saya di tahun ini. Ternyata 2024 begitu berwarna yaa… Banyak hal dan kejadian baru datang di tahun ini. Status baru sebagai kepala keluarga dengan segala macam tanggung jawabnya akan memberi warna lain dalam kehidupan. Dukanya pasti ada, sukanya pun banyak dirasakan. Sebagai manusia, saya tidak selalu siap menjalani banyak hal, yang perlu saya lakukan hanya menjalaninya saja. Toh dari situ, banyak yang bisa saya ambil hikmah dan maknanya untuk semakin baik dan semakin mendewasa. Kekurangan adalah hal yang wajar dalam hidup, gunanya agar kita mawas diri dan menyadari ketidaksempurnaan sambil berharap kita mampu meperbaikinya, sekalipun pelan-pelan dan sedikit demi sedikit. Apapun ketidaknyamanan yang terjadi dalam hidup, yang kita perlukan hanyalah luasnya kesabaran dan besarnya rasa syukur untuk mengadapi dan melewati segalanya.

                Semoga di tahun depan dan tahun-tahun yang akan datang, akan banyak hal-hal baru beriringan dengan segala hal yang baik datang kepada kita, pada kehidupan kita, dan orang-orang tersayang di sekeliling kita. Mari tetap berdo’a dan berusaha.

Sekian

Subang, 31 Desember 2024


Posting Komentar

0 Komentar