Kita, masing-masing

 

Kita, dengan kesepian masing-masing. Tentu saja.

Tak ada yang mampu masuk ke dalam otakmu, pikiran-pikiranmu. Kecuali harapanmu agar orang-orang mengerti apa yang kau kehendaki. Tapi seperti yang kita tahu, kita tak benar-benar menyatu dengan siapapun. Tubuhmu tubuhmu, tubuhnya tubuhnya.

Bahkan hati dan perasaanmu, Siapa kira?

Jangan mengigau bahwa kehendakmu akan terwujud sepenuhnya. Tidak menemui jalan hidup yang buruk saja sudah sepantasnya untuk sangat bersyukur.

Ingat dengan kejadian-kejadian kebetulan tak terencana yang datang di antara langkah-langkah, spekulasi-spekulasi, dan ekspektasi-ekspektasimu? Seberapa banyak? Bukankah sebegitu banyaknya? 

Ya...memang, sebegitu tak berdayanyalah kau. Intervensi semesta terlampau besarnya pada diri kita yang secuil dan seuprit ini. 

Kita hanya nyata di hari ini. Masa lalu sudah jadi dongeng, sementara masa depan baru sekedar angan-angan. Sebanyak-banyaknya jatah waktu yang kau miliki, hanya saat ini sajalah kuasamu berikatan dengannya. Boleh saja kau menyilangkan kakimu atau berbaring berbantal lengan. Boleh saja kau menundukkan pandang dan membaca sembari duduk di antara orang-orang. Atau dengan musik yang saat ini kau dengarkan? Tapi lihatlah sekelilingmu, mereka pun sama saja. Tak ada yang se-spesial itu. Merekapun hanya punya kuasa atas waktunya saat ini saja. Bukan sebelum atau sesudahnya. 

Beruntungnya manusia, ia bisa mengingat-ingat dan berandai-andai. Sekalipun kadang, yang ia ingat-ingat adalah lukanya dan ia berandai-andai dalam rasa takutnya.

Apapun itu, anggap saja kau beruntung dilahirkan sebagai manusia. Bukan yang lainnya.


Subang, 14 November 2023  12:45  

Posting Komentar

0 Komentar