Menafi'kan konsumerisme ataupun gaya hidup konsumtif di masa kini menjadi salah satu kemunafikan tersendiri. Tak dapat dipungkiri, instrumen-instrumen yang membuat manusia semakin konsumtif telah bertambah banyak jumlah dan takarannya. Membicarakan hal ini, mau tidak mau tentu kita digiring untuk membandingkan antara manusia di jaman ini dengan manusia di masa lalu. Apabila kebutuhan dasar manusia hanyalah sandang, pangan, dan papan yang dibutuhkan dalam skala yang begitu sederhana, lain lagi dengan hari ini. Bahkan, komunitas yang dahulu memenuhi kebutuhan makan dengan berburu dan meramu hanya memerlukan sedikit peralatan tambahan. Kebutuhan manusia menjadi semakin kompleks dengan adanya revolusi demi revolusi. Sebuah upaya untuk memudahkan kerja, yang kemudian mengarahkan dunia menuju peradaban semakin maju. Benar saja, revolusi yang digagas memunculkan penemuan-penemuan baru dan memudahkan banyak pekerjaan manusia. Efek dominonya adalah peningkatan produktivitas, sehingga produksi dalam berbagai macam sektor pun meningkat. Ternyata, peningkatan produksi berkorelasi dengan pertambahan jumlah manusia yang semakin masif. Hal ini berarti kebutuhan penghuni bumi pun semakin bertambah pula. Seperti tak ada ujungnya, penemuan-penemuan baru selalu ada dalam jumlah yang juga tak sedikit. Peradaba manusia dikatakan semakin berkembang karenanya. Dahulu, apa yang ada di atas permukaan bumi telah cukup untuk kehidupan. Akan tetapi, perkembangan pemikiran manusia malah memaksa mereka mencari alternatif-alternatif lain. Lantas, dunia di bawah permukaan bumi menjadi sasaran pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat. Sebagai salah satu contoh, apabila dahulu tempat tinggal cukup menggunakan tanah liat maupun kayu sebagai bahan baku pembuatannya, manusia mulai merambah alternatif lain semisal semen dan besi sebagai bahan yang dirasa lebih berkualitas untuk digunakan. Belum lagi sektor lain seperti bahan bakar, infrastruktur pendukung, maupun penggunaan logam beragam jenis dari dunia bawah yang penggunaannya semakin masif, semasif pertambahan jumlah manusianya. Penelitian dan pengembangan membuka pintu-pintu alternatif yang sebelumnya tak terkirakan dapat menjangkau ruang yang lebih luas. Penelitian demi penelitian, pengembangan demi pengembangan memang datang dari problematika yang dialami untuk dicarikan solusinya. Lain penelitian, lain lagi sifat manusianya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa tabiat manusia pada umumnya memang tak pernah puas. Mengharapkan lebih meskipun telah tercukupi pada banyak hal adalah dasar manusia merasa selalu kurang. Hal ini juga yang mendorong naluri mereka untuk terus bergerak maju, setidaknya maju menurut pandangan mereka masing-masing. Konsekwensi yang kemudian datang adalah bahwa kebutuhan manusia pun semakin kompleks. Masalah baru timbul dan seolah ikut maju dan berkembang bersamaan dengan perkembangan kehidupan manusia itu sendiri. Apabila mau menilik seluruh jaman, tak ada kehidupan yang tak disertai masalah. Betapapun masalah yang menimpa berbeda-beda di setiap individu maupun komunitas, di setiap ruang dan masa.
Manusia sepertinya hanya mengubah lingkup dan jenis masalah, serta cara mengatasinya. Namun, masalah tak benar-benar berkurang, bahkan hilang dari peradaban. Tak ada dari manusia yang tahu, akan sampai titik mana peradaban manusia akan berhenti. Kemudian, akan seperti apa setelahnya.
Sekali lagi, tabiat manusia memang lebih rumit dan lebih kompleks untuk dapat diperkirakan.
Wonosobo, 04 Mei 2020 17:00
0 Komentar