Pada malam-malam di penutup hari demi hari, engkau tampakkan parasmu dalam berbagai angan-angan. Sedang menjelang tidur, gelisah demi gelisah bermetafor timbul tenggelam menjadi sekumpulan titik-titik cahaya dalam gelapnya pandangan mata yang terpejam. Dalam pada itu, inderawi tak bersepakat dengan pikiran, dan keduanya melibatkan waktu.
"Tidurku kepalang susah tak berkesudahan," gumam inderawi.
"Aku sendiri tak mampu menafsirkannya, ini gelisah apakah nyata baiknya atau tabu belaka," celoteh pikiran yang sedang bingung menafsirkan kebingungannya.
Sampai pada saat mereka diam oleh lelap yang pasti datang cepat atau lambat. Hanya memang, mereka tetap tak akan bersepakat pada malam-malam selanjutnya, seterusnya.
Kau tau kenapa?
Karena gelisah selalu menjelma dalam angan-angan.
Bogor, 17 Desember 2018_23:32
0 Komentar