Pelajaranku hari ini, berasal dari petani.
Dan petani, secara tidak langsung berguru dari alam.
Dan bahasan yang akan aku angkat adalah:
"Menunduk"
Kalau kita mau lihat lebih jauh dalam pencarian hikmah, ada banyak yang dapat kita tuai. Belajar adalah salah satu upaya untuk kita bisa menuai. Menuai apa? Yaa, pelajaran itu sendiri. Dan seringkali, kita belajar pada apa yang tidak kita sebut sebagai pembelajaran. Gampangnya sih, kita belajar tanpa tahu bahwa kita sedang belajar.
Sampai disini, mari kita rangkai kata petani, menunduk, hikmah, belajar, dan menuai.
Petani, sebagian orang menyebutnya masyarakat bawah atau kaum kecil. Benar, kalau sudut pandangnya adalah materi. Tapi akan berbeda narasinya, apabila kita beralih pada sudut pandang norma, etika, dan tingkah laku. Kita sama-sama tahu apa yang aku maksud.
Dalam cerita nyata, kita contohkan petani yang menggarap sawah. Petani akan mencangkul lahan membersihkan kekacauan yang ada, akibat ulah para rumput tak senonoh. Beliau akan mengangkat cangkul dan memiringkan badan ke depan sampai menunduk memandang lahan yang ia garap. Berulang kali sampai ia harus legowo menerima kelelahannya. Lalu, setelahnya adalah pengairan dan lalu beliau menanam bibit-bibit kecil yang akan dirawatnya beberapa bulan ke depan. Lagi-lagi ia harus menunduk memandang lahan yang akan ia tanami. Hari demi hari berganti, si kecil telah tumbuh dan beranak pinak dalam pemeliharaan petani. Ia enggan menjulang, sifat petani menurun padanya, bahwa ia semakin menunduk tatkala semakin banyak ia berisi. Tibalah harinya, panen pun datang. Lagi, beliau melihat tanaman telah berisi dan menunduk, ia juga harus ikut menunduk menuai apa yang ia tanam. Sampai pada jual-beli, ia tetap menunduk berucap terima kasih atas apa yang telah ia upayakan.
Dan sampai pada hal ini, terkadang tak disadarinya bahwa beliau juga menuai hikmah yang mendalam, menuai pelajaran dari alam dan segala macam prosesnya.
Tentang berbagai hal yang membuatnya menunduk dan tetap rendah hati, tentang nilai-nilai moral yang tak didapat setiap orang, diluar apa yang mereka lalui.
Disinilah, kita sebagai orang luar patut menunduk. Agar apa yang mereka dapatkan mampu sedikit kita serap pelajarannya, meski kita tak mengenyam pelajaran hidup seperti mereka. Pelajaran yang bagi kita terlalu keras.
"Terkadang kita hanya harus menerima, biarkan Tuhan memberi dengan cara-Nya."
"Bersiaplah saja dengan menunduk dan pasrah, ikuti saja alurnya, dan kita tinggal menuai hikmahnya."
- Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara, 28 Juli 2018_12.10 WITA -
0 Komentar