Ruang

Ada sebuah penghapus putih kecil di dalam kotak pensil coklat yang begitu mungil. Kotak pensil itu disimpan di dalam laci meja di sudut sebuah kamar berukuran 3 x 3 meter. Kamar yang tak terlalu besar, dibanding luas rumah yang melingkupinya. Rumah yang cukup luas namun sederhana, terletak di suatu perkampungan sunyi. Kampung sunyi itu terlampau kecil, berada di pulau terbesar yang menjadi bagian negeri ini. Negeri ini adalah negeri tersubur yang ada di bumi. Satu dari sekian banyaknya planet di galaksi Bima Sakti. Sebuah galaksi yang sebenarnya tiada apa-apanya dibanding alam semesta.
Begitulah adanya.

Ruang...
, dengan segala hakikatnya.
Sesuatu menempati sesuatu lainnya, juga ditempati sesuatu yang lainnya pula.
Ruang selalu terbatas. Hanya bisa diisi sesuai batasannya.
Berbicara tentang ruang, tak selalu berbicara tentang sesuatu yang tampak saja.
Mari kita tengok yang tak tampak itu.
Emosi,
terisi oleh senang, sedih, kecewa, marah, lega, panik, santai, dan lainnya.
Perasaan,
terisi oleh cinta, kasih, sayang, benci, curiga, dan lainnya.
Pikiran,
bisa berupa yang negatif maupun positif.
Ruhani,
bisa berupa kebaikan maupun keburukan.
Ada pro kontra, saling mendukung atau saling menyingkirkan. Mengingat ruang selalu mempunyai batasannya.

Lantas, manakah yang akan kita ijinkan menempati sebagian besar ruang demi terwujudnya suatu keseimbangan?
Setiap pribadi punya jawabannya sendiri.

Tangerang, 05 Februari 2018   01.20

Posting Komentar

0 Komentar