Matahari terbit, pagi datang, sinarnya semakin terang dan dunia semakin jelas terlihat. Ramai alam semesta, menampakkan interaksi-interaksi kehidupannya.
Di dalam agamaku, hal yang baik untuk mengawali segala aktivitas pencarian duniawi dengan suatu penyembahan, menyembah, sembahyang.
Salat Dhuha,
begitu kami menyebutnya.
Mungkin Sang Pencipta ingin, kami menjaga sembah sujud kami di hari-hari dalam pencarian duniawi ini.
Bukankah hari tercipta dengan sinarnya, agar alam semesta tampak, dan kami dimudahkan dalam mencari segala kebutuhan hidup yang memang dibutuhkan? Juga interaksi-interaksi itu.
Ya, betapa syukur guna kehidupan ini.
-----
Malam datang sesaat setelah matahari terbenam, dunia gelap, sunyi, dan secara alami mereduplah interaksi-interaksi.
Justru di saat-saat ini, batin kami semakin peka dan kuat dalam rasa. Ini saat baik untuk suatu perenungan. Sementara itu, raga melemah, saatnya buat raga beristirahat.
Di dalam agamaku, hal yang baik untuk mengakhiri malam dengan suatu penyembahan, menyembah, sembahyang.
Salat Tahajjud,
begitu kami menyebutnya.
Ini waktu baik, di saat jasmani melemah namun ruhani berada pada titik yang begitu kuat. Pada-Nya, interaksi dapat diupayakan lebih mendalam dalam sunyi. Hanya berdua, Sang Pencipta dan aku, lain tidak. Mungkin Sang Pencipta ingin, kami mengakhiri kerja batin melalui renungan-renungan dalam sembah sujud kami pada suatu ikatan yang paling kuat, berdua saja. Sebelum esok tiba dengan kesibukan duniawi kembali.
Bukankah malam digelapkan, alam disembunyikan, indera dilemahkan, agar kita mampu melihat dengan rasa yang lebih dalam, agar mampu memaknai hakikat segala yang ghaib tapi nyata adanya?
Ya, betapa syukur guna kehidupan ini.
Segala puji bagi-Mu Yaa Rabb, Tuhan seluruh alam.
Tangerang, 04 Februari 2018 00.39
0 Komentar