Kita
adalah manusia yang tumbuh dan berjalan berdampingan dengan peristiwa demi
peristiwa. Satu hal adalah awal dari hal lain. Sementara satu hal lain adalah
akhir dari hal lain dari yang lain.
“Rumit
ya?”
“ Ah,
bagiku tidak juga.”
“Engkau hanya belum mendapati
kesederhanaan yang nyata dan mendalam.”
Paham maupun
tidak, aku kira sama sederhananya. Yang satu kau mengerti, yang satu tidak
engkau mengerti. Itu saja.
Rumit hanyalah soal persepsi. Sederhana
juga hanyalah soal persepsi.
Engkau berkata
bahwa engkau semakin menua. Tapi bait-bait masa kecilmu menetap di ruang-ruang
yang tak kau sadari. Pada suatu ketika, bait-bait itu akan muncul dalam porsi
yang tak terkendali. Sekalipun dalam satuan noktah maupun segerombolan buih di
permukaan telaga.
“Dewasa katamu?”
“Bahkan kau selalu bingung
menyikapi datangnya dilema-dilema.”
“Dan sepertinya, kau hanya mengada-ada. Tak nampak benar dalam dirimu untuk selesai dengan keadaan dan keberadaan. Gelisahmu tak berujung sepertinya. Begitukah situasinya?”
Dia yang
datang di awal hari kau acuhkan begitu saja, sementara dia yang hendak pergi di
penghujung hari kau tangisi. Kemudian ketiadaannya kau nanti-nantikan untuk
kembali datang. Atau bahkan kau rindukan dalam diam.
Tak ada yang benar-benar bisa
dimengerti tentang kebenaran atas pemahaman akan makna-makna. Kesemuanya
hanyalah tafsir berwujud idiom-idiom.
Semua dari kita tak selalu mampu
menerima dengan mutlak setiap aksioma.
Ragu-ragu sepertinya fitrah yang
telah mendarah daging.
Pastikanlah, ketidakpastian
membersamaimu dalam hari-hari.
Subang,
16 Desember 2022 20:52
0 Komentar