Hari ini entah kenapa aku ingin menangis saja. Ya mungkin salah satunya karena sejak kemarin aku ingat Bapak. Ketika menuliskan kata "Bapak" di tulisan ini pun aku terenyuh, sepertinya perasaan mengambil jalannya sendiri.
Tadi pagi ketika aku hendak sarapan, Ibuku menelepon. Bercerita tentang ini dan itu, mencurahkan beberapa hal. Hari-harinya di sana ia ceritakan di sambungan suara kami. Aku yang jauh di perantauan bisa sedikit merasakan suasana yang terbangun dari cerita-cerita itu.. Ibu mengatakan bahwa beliaupun merasakan hal yang serupa. Dalam beberapa waktu, ketiadaan Bapak waktu-waktu ini membuatnya terkadang merasakan ketidakhadiran itu. Saat-saat itulah, beliau akan bertamu ke saudara dekatnya untuk sekedar menyambung tali bicara yang terhubung oleh ingatannya. Terkadang, beliau akan menelepon saudara jauhnya di lain tempat. Aku rasa, dalam telpon tadi beliau menahan perasaaan harunya juga.
Agak siang, aku berbicara dengan Aki. Sebutan bagi seorang pegawai disini yang dari usianya bisa dibilang "kakek". Berbicara tentang pohon jati, pohon sengon, tentang daerah-daerah sekitaran Subang, Indramayu, Cirebon, Majalengka, dan hal-hal lainnya. Ada satu hal yang membuatku agak menahan perasaanku. Awalnya beliau bertanya tentang sudah berapa lama aku bekerja di sini. Aku katakan sekitar sembilan bulan.
"Waktu berlalu begitu cepat yaa..."kata Aki. Saya jawab, iya. Lebaran tahun kemarin saja saya disini, pulangnya gantian dengan teman. Kemudian, mau tidak mau pikiran saya melayan ke masa lalu. Ketika masa-masa lebaran tahun lalu masih ada Bapak, dimana saya menemaninya ke beberapa tempat yang diinginkannya ketika saya pulang. Membayangkan bahwa lebaran tahun ini beliau sudah tiada, saya merasakan kesedihan itu. Saya tutupi hal ini dari Aki. Lebaran tahun ini hanya ada Ibu, orang tuaku yang masih hidup tinggal beliau.
Ah... lagi-lagi saya berkaca-kaca dan sesenggukan.
Ya sudahlah, mau gimana lagi. Semua sudah ada jalannya masing-masing.
Subang, 23 Desember 2021 14:09
0 Komentar