Saya sendiri seringkali iri pada mereka yang bisa menangis, meneteskan air mata dalam sebuah acara maulid, mengenang Baginda Rasul.
Saya rasai besarnya rasa cinta dan kerinduan mereka pada Baginda Rasulullah SAW.
Lantas saya bertanya pada diri sendiri, seberapa besar kecintaan dan kerinduan saya pada Baginda Rasulullah SAW yang bahkan sampai di akhir hayatnya tetap teringat pada umatnya yang beliau cintai.
Perjalanan spiritual seperti apa yang hendaknya mampu membawa saya pada posisi demikian, hingga saya mampu meneteskan air mata wujud kecintaan dan kerinduan saya padamu Yaa Rasulullah...???
Aku merindukanmu, Yaa Rasulullah...
Sungguh, aku merindukanmu...
Saya pun sering iri pada mereka yang bisa menangis, meneteskan air mata dalam sujudnya, merasai perihnya menanggung dosa-dosa atas dirinya sendiri.
Betapa nikmatnya mereka menghinakan diri di hadapan Tuhannya sembari hanyut dalam kecintaannya pada Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berlaku merendahkan hati dan pikiran mereka, meletakkan kening di tempat yang paling mendasar tanpa perlu merasa sungkan.
Saya sangat ingin berada dalam keadaan demikian, dengan hanya rasa cinta yang menaungi segala penjuru dalam ruang nurani.
Ya, sungguh saya sangat ingin merasakannya.
Entah dalam perjalanan spiritual seperti apa mampu membawa saya dalam keadaan demikian.
Saya sadar sesadar-sadarnya, dengan segala kerendahan hati yang masih saya miliki, bahwa betapa besarpun kecintaan saya pada-Nya bukanlah apa-apa dibanding kasih sayang-Nya pada kami, hamba yang tidak tahu diri...
Astaghfirullah hal 'adzim
0 Komentar