Buat saya, mendaki itu...
Membaca bahasa Tuhan dengan bahasa yang lebih nyata dari dogma-dogma
Buat saya, mendaki itu...
Ngobrol tentang apapun sambil bercengkerama dengan alam. Tak ada tedeng aling-aling, berbicara tentang suka duka tanpa perlu saling bersuara
Buat saya, mendaki itu...
Mengeluh suka-suka, sudahi itu, lalu bercanda lagi, untuk kemudian mengeluh lagi, dan sudahi itu
Buat saya, mendaki itu...
Capek yang bikin candu. Orang bilang tinggal di rumah lebih nyaman, saya bilang beratap langit berlantai tanah sesekali juga nyaman.
Buat saya, mendaki itu...
Dimana saya bisa menilai perangai, yang biasa dirahasiakan dan disembunyikan di zona nyaman.
Buat saya, mendaki itu...
Membatasi keinginan dan memperjuangkan harapan, keinginan untuk menyerah dan harapan untuk menyelesaikan apa yang diingini
Buat saya, mendaki itu...
Membuat saya merasa kerdil di hadapan Tuhan dan membuat Tuhan Maha Besar di mana-mana saya merasa.
Buat saya, mendaki itu...
Menghargai ketenangan dan menenangkan saat saling menghargai
Buat saya, mendaki itu...
Tidak ada apatis disana, yang ada saling menawarkan pelayanan
Buat saya, mendaki itu...
Menyapa dahulu, sebelum disapa kemudian. Acuh adalah cela
Buat saya, mendaki itu...
Belajar memusuhi diri sendiri atas ketidakmampuannya dalam usaha mempertahankan prinsip dan hal baik
Buat saya, mendaki itu...
Restoran ter-enak dengan menu ala kadarnya
Buat saya, mendaki itu...
Suara angin dingin, bau tanah basah, dan seberkas sinar
Buat saya, mendaki itu...
Rencana, aksi, evaluasi
Buat saya, mendaki itu...
Pergi untuk kembali, rumah menunggu di akhir perjalanan
Buat saya, mendaki itu...
Perjalanan jasmani dan rohani, dengan segala pertanyaan-pertanyaan
Buat saya, mendaki itu...
Tentang apa yang diniatkan, maka makna itu juga yang didapatkan.
Buat saya, mendaki itu...
Perjalanan
Bogor, 03 Mei 2018 _11:03
0 Komentar