Kapal Kertas, dan Masa Lalunya bersama Air

Pada air yang mengalir diantara dua tepian, hanyut sebuah kapal mainan coklat yang tak mengerti mengapa ia terus terhanyut, kemana ia bermuara, dan kapan ia akan sampai dimana.
Kapal mainan coba bertanya pada air yang mengalir, yang menghanyutkannya sejak semula.
Tak ada jawaban, tak ada pengutara'an.
Barangkali karena bahasa mereka yang berbeda.
Kapal kertas telah mati sejak lama
Sejak ia adalah kertas
Sejak ia bukan lagi pohon yang hidup di salah satu tepian aliran.
Sebatang pohon kayu yang semasa kecilnya sering bercengkerama dengan air
Yang ditubuhnya merasuk air itu, mengiringinya tumbuh dan mendewasa
Yang dengan mesranya bersepakat bahwa selama hidupnya, si pohon akan tetap berada di sana agar sang air mampu menyapa kedalaman tubuhnya.
Air tetaplah air,
Yang pernah diserap akar pohon itu dulu
Tapi, kapal mainan bukan lagi pohon
Sejak batang si pohon tumbang dan akarnya tercerabut dari tempatnya bercengkerama.
Segalanya berubah bersama waktu
dengan caranya sendiri
Memanglah,
Si kapal adalah kapal kertas
Kertas itu lah pohon yang dahulu
Yang sekarang kembali bersanding, bersentuh, berbaur, dengan air yang tetap sebagai air
Namun, mereka tak mampu lagi bercengkerama
Dengan bahasa yang berbeda

Bogor, 19 Oktober 2017

Posting Komentar

0 Komentar