Belajar,
bagi makhluk berakal budi merupakan kewajiban yang
tiada henti, semenjak lahir-nya
hingga mati-nya. Barangkali, atas
dasar inilah kita bisa mengatakan bahwa tak ada makhluk hidup yang benar-benar
pintar, pun dengan manusia. Selama dalam diri manusia masih ada kesadaran bahwa
kebutuhan untuk belajar benar-benar sepanjang hayat. Dari itu pula,
pengembaraan manusia dalam pencarian ilmu hanya akan terhenti usai denyut nadi
terakhirnya. Pencarian ilmu, merupakan suatu proses, mengupayakan proses yang
baik berarti adalah baik. Lebih dari itu, bahwa tentang hasil adalah Hak dari Maha segala Maha. Sang Pencipta
proses dan penentu hasil Yang Maha Bijaksana.
Ilmu melingkupi banyak hal, kalau tidak mau
dibilang semuanya. Dari mana, dengan apa, kapan, serta kepada apa dan siapapun,
kita bisa selalu belajar. Bahkan dari ketidaktahuan pun kita bisa mendapatkan
ilmu pengetahuan. Sesuatu yang kecil layaknya semut, cacing, dari tanah tempat
kita berasal dan kembali, dari kejahatan untuk tidak menjadi jahat, dari
kebaikan agar kita menjadi lebih baik, juga dari remeh hingga hal-hal yang kita
anggap besar, semua bisa menjadi objek belajar bagi manusia berakal budi. Itupun,
andaikata mental pembelajar memang benar-benar manusia tanamkan dalam dirinya.
- - -
Dulu.....,
Ada cerita nyaman tersendiri ketika saya berada
pada lingkungan anak-anak muda yang meluangkan atau bahkan merelakan waktunya untuk berbagi dalam
tindakan-tindakan sosial. Disamping cerita-cerita nyaman lain yang banyak saya
temui tentunya. Yang mana pada suatu waktu, kita beranggapan bahwa peran seseorang
bagi orang banyak adalah lebih penting daripada hanya untuk seorang diri saja.
Alih-alih memberi, yang kita terima justru lebih banyak dari yang seharusnya.
Bukan ihwal materi memang, bukan. Lebih adalah rasa, cerita, kesan, juga ilmu
yang bahkan tidak ada yang mengajarinya. Ilmu yang didapat dari
interaksi-interaksi, pemikiran, serta perenungan diri dengan lingkungan sebagai
perantaranya.
Tak sekedar dari orang berilmu
tinggi, lewat perjumpaan dengan anak-anak pun saya memperoleh ilmu yang begitu
berharga, juga bermakna. Mereka memang tidak memberi nasehat, saran, petuah,
atau apalah yang sering orang-orang dewasa lakukan. Meraka juga tidak merasa
mengajarkan apa-apa, memberi apa-apa. Hanya memang, kepekaan pikiran pada apa
yang mereka lakukanlah yang membuat diri sendiri terpaksa untuk belajar. Terpaksa
yang menyenangkan tentunya, karena kalau tak dipelajari hanya akan menggangu
hati.
Anak-anak…
Mengajarkan banyak hal dari
ketidaktahuan mereka. Kadang kala mereka justru menjadi guru yang polos. Guru
yang tak tahu bahwa dia memberi pengajaran bagi orang-orang dewasa yang mau
memahaminya. Entah lewat gerak-gerik mereka, tingkah laku mereka, pikiran
mereka, tangisan dan sikap pemalu mereka, cara bermain mereka, mimik wajah
mereka, bahkan bola mata mereka saat memandang khidmat suasana sekitar. Harus
benar-benar peka memang, untuk mengerti dan memahami itu semua. Karenanyalah,
sampai saat ini saya masih belajar menjadi pemerhati yang baik.
Yaa… pemerhati yang baik.
Ngomongin tentang anak-anak, dalam suatu
kunjungan ke sekolah dasar kami pernah meminta mereka menuliskan sesuatu untuk
gambaran masa depan yang mereka inginkan. Salah satunya Cita-Cita, dengan
nama-nama mereka di atas itu tentunya. Barangkali, kita bisa sedikit banyak
belajar dari mereka.
Tapi…
Tanggung sendiri yaa, kalo kita
jadi ngrasa malu justru karenanya.....
Sedikit gambaran, yuk kita cek…!!
![]() |
| Agil ga bakal lupa Merah Putih kalau ke luar angkasa... |
![]() |
| Salah satu penerus bangsa kita ingin jadi Astronot... |
![]() |
| Ilham saja tau, dimana Merah Putih mau ditancapkannya... |
![]() |
| Kebahagian Orang tua, juga kebahagiaannya, Impian Orang tua, impiannya juga... |
![]() |
| Semoga semua orang sehat yaa... |
![]() |
| Semua anak akan sehat kalo Tasya jadi Dokter. Mulia sekali... |
![]() |
| Rakyat dan Orang Tua Rismi pasti bangga dengan Rismi... |
![]() |
| Zahra saja tau, siapa yang mengobati orang sakit... |
![]() |
| Cita-citanya kelak, mengajar dan mewujudkan cita-cita muridnya... |
![]() |
| Waaah... berbakti sekali anak ini... |
![]() |
| Mayada juga harus rajin yaa, biar pintar nantinya... |
![]() |
| Ayah Ibu pasti bangga... |
![]() |
| Laras juga akan hebat seperti Pilot... |
![]() |
| Masukkan saja orang Jahat ke penjara, Febry kan pembela kebenaran... |
![]() |
| Jadi Polwan yang baik, dan Orang tua akan bangga... |
![]() |
| Biar besar jadi pemain sepak bola yang jago... |
![]() |
| Hobinya jadi Cita-cita Erdito... |
![]() |
| Ilham, si Tentara Pembela Negara... |
![]() |
| Wooow... sudah mikir tentang nafkah,, good |
![]() |
| Semoga jadi peternak sukses yaa... We love U ^_^ |
![]() |
| Jafar, Indonesia akan mencintai para Peternak. We love U ^_^ |
Nah lho, anak-anak juga bisa jadi jadi sumber Inspirasi kan?? ^_^
Ada lagi nih, yang perlu kita teladani dari mereka... boleh lah yaa kita bercermin, sebentaaar saja...
Coba deh liat… kepolosan wajah
mereka.
Jujur…
dan Sederhana…
Dimana setiap ekspresi adalah alami
dari tingkah laku anak-anak seusia mereka.
Malu ndak yaa, kita yang sering
berpura-pura dengan ekspresi dan kelakuan yang tak sewajarnya???
Yuk, belajar dari mereka…
![]() |
| "Ekspresi Anak-Anak" |
Garut, 8-9 Agustus 2016
Kontributor Foto dan Pengalaman:
Mochammad Solichin, Laeli Nur Hasanah, Yuninur Raifah, Maulidatuz Zahroo, Tara Nurfathi Widyarani, Syafin Al Farisie, Kholil Ridho, Mangunah, Ummu Asmaul Husna, Gantari Ganis Sukma, Mufri Wandira, , Reina, Bernet Deti Kapsari























0 Komentar