“Selamat Pagi, Dunia…”Itulah kata yang selalu aku ucapkan ketika jendela kamar kubuka, bahkan hingga hari ini. Rasanyaaa… membuka jendela di pagi hari itu melegakan dan terasa berbeda. Entahlah, damai dan tenang bawaannya. Lain cerita dengan siang, sore, atau malam bahkan. Biasanya… Setiap jendela kubuka, sambutan suara burung-burung dalam sangkar kontan menyapa. Nada-nada pendek dan khas dari mereka dipadu dengan pemandangan pohon pisang dan sawo yang masih basah berembun di balik tembok berlumut. Tak mau kalah, air kran di kamar mandi mengetuk-ketuk permukaan air bak menjadi sederetan irama pula. Seneng saja, apalagi sejuk dan dingin khas pagi selalu mendamaikan. Badan ini termanjakan deh pokoknya. Jujur, agak kecewa kalau bangun kesiangan atau terlena dengan kemalasan beranjak dari tidur. Seperti kalah termakan rasa. Yaah, biar bagaimanapun… Nikmati saja.
Lain di dalam kamar, lain pula di luar sana. Jadi ingat waktu kecil dulu, ketika ikut Mamak jam 4 pagi pergi ke pasar. Belum juga matahari bangkit, pasar udah mulai ramai dengan lalu lalang pedagang bongkar muat. Ramainya obrolan orang-orang di sana sini, juga gerak gerik semangaaat pagi mereka yang tak pernah kalah dari sekedar salam sapa. Interaksi antar manusia maupun manusia dengan kehidupannya. Wuaaah… jadi kangen dengan hari-hari dulu. Apalagi menengok sekarang, bukan lagi orang, suara mesin pula yang bersahut-sahutan. Berbeda dan sungguh berbeda. Mungkin aura semangat kehidupan memang tak dapat dibandingkan dengan suara-suara tak bernyawa. Kharisma masa lalu tetap jauh lebih keren laaah,, ahahaha. Keramahan dan tegur sapa itu yang terkenang dan tak terlupa, bahkan pada yang tak dikenal sekalipun. Dimanapun tempat, di pasar, di dalam bis, di angkot, di desa-desa, di jalan. Tak kenal pun bisa mengobrol dan saling curhaaat. Asyiknyaaa ramah tamah itu…
Lain pasar, lain pula di gunung. Pagi bukan lagi milik diri sendiri. Justru, bukan lagi kita yang pertama-tama menyapa.
“Selamat Pagiiii…” alam selalu memulainya. Memang bukan bahasa verbal dengan ucapan semangat atau kelesuan.
Suasananya itu lho… Waaah, berwibawa benar pagi di sini. Hingga tak terasa, senyum juga yang mengembang, disahuti oleh rasa syukur atas nikmatnya pagi hari. Kenangan batin tersendiri bagi Penikmatnya. Aaah, jadi pengen naik gunung lagi.
“Aku rindu padamu, Gunung. Aku rindu Suasanamu.”
Pagi sepertinya tak pernah menyakiti hati. Indaaaah nian.
Mumpung masih pagi,
Sekali lagi aku berucap
“Selamat Pagiiii, Dunia…”
_Bogor, 15 November 2015_


0 Komentar