Antara Budaya dan Keyakinan

Jangan selalu menyalahkan budaya yang dianggap tak sesuai dengan keyakinanmu.
Jangan selalu menganggap budaya sebagai sebuah kata dan ritual syirik karena kau anggap budaya melenceng dari apa yang kamu yakini.
Jangan memandang hanya sebelah mata, masih banyak sudut yang bisa kau pandang daripada hanya mencari pembenaran dari keyakinan diri.
Kehidupan tidak berjalan dari satu sisi saja, karena perbedaan ada dan telah diciptakan oleh Sang Pencipta.
Kau berkata, bukan berarti semuanya akan berubah. Semua butuh lebih dari hanya sekedar kata-kata.
Pembuktian bahwa keadaan dalam dirimu memang benar juga belum tentu dianggap benar oleh orang lain.
Jikalau kau memang merasa benar dan yang lain menyimpang, pantaslah sebagai orang baik dan berwibawa kau ajak mereka menjadi bagian dari dirimu. Bersama mengikuti cara-cara yang kau yakini benar dan bujuk rayumu untuk mereka agar mereka berjalan dengan benar bersama dengan keyakinanmu. Bukan hanya sekedar berkutat pada kata-kata mutiara yang kau lempar ke dalam kotak perhiasan yang sebenarnya hanya mereka anggap tong sampah saja.

Budaya, ada dan tumbuh dalam waktu yang lama menjadi bagian dari setiap kalangan masyarakat. Keragaman keyakinan menjadikan pula keragaman kebudayaan. Budaya jaman nenek moyang yang mengakar hebat hingga sekarang. Sebagian berubah, sebagian lagi masih mengakar. Tak setiap orang menerima suatu kebudayaan menjadi sebuah kebenaran, bahkan seringkali dianggap menyimpang.
Budaya dan agama terkadang dianggap suatu kontradiksi. Banyak budaya ada karena proses perbaikan-perbaikan dari kesalahan-kesalahan sebelumnya. Kesalahan yang didapat dari pengalaman-pengalaman lampau oleh orang-orang berbeda generasi. Budaya yang terus berlanjut, tanpa ada makna yang disampaikan dari perbaikan-perbaikan yang terus dilakukan. Oleh karena perbedaan generasi yang membatasi komunikasi. Banyak kebudayaan dan adat istiadat yang bertujuan baik. Diantaranya ketika budaya dan adat menjadi pertahanan bagi budaya baru yang merusak, budaya sebagai tali pengikat kerukunan, budaya sebagai cara mempertahankan kesehatan maupun ketenangan jiwa dan raga, budaya sebagai sarana untuk saling berbakti dan menghormati, serta makna lain yang terbentuk dari proses yang terbentuk sekian lamanya.
Tak selalu, budaya itu harus disalahkan ataupun dihilangkan, hanya karena perbedaan pola pikir atas dasar keyakinan. Pembenaran boleh saja dilakukan, dengan cara yang benar dan bukan saling menyalahkan. Kata-kata terkadang lebih menyakitkan, sementara perbuatan untuk merubah hanya wacana sebagian orang yang hanya bisa beradu mulut dengan dalih-dalih kebenaran. Menghormati sesuatu bisa dilakukan dengan mengenal lebih dalam, bukan dengan mencaci hanya karena tak seiya sekata.
Kebenaran ada dalam setiap keyakinan diri. Kebenaran tak selalu sama, karena keyakinan tiap orang berbeda-beda. Kebenaran tidak datang dari sebuah penghormatan yang kurang dimaknai.

Posting Komentar

0 Komentar